"Natasya, kamu dipanggil oleh pembina
paskibra" ucap salah satu temanku. "ah iya,
terima kasih" sahutku dengan senyuman.
Yah inilah natasya yang mereka kenal, gadis
ramah walaupun emosian. Aku menjadi
salah satu inti di Osis, berjalan menuju
anggota paskibra yang tengah berkumpul di
bawah pohon. "ah rian! Ayo temanin aku"
permintaan -perintah-ku seraya menarik
tangannya. "tasya, lepaskan! Ada apa?" rian
kesal padaku. "udah ikut saja" sahutku cuek
tak peduli tatapan kesalnya. 'Huft! Tahan
natasya! Sebentar lagi' batinku. Aku sengaja
mengajak rian yang bertemu dijalan,
anggap saja itu kesialan rian.
"kamu mengertikan natasya?" ucap
pembina paskibra. "saya mengerti pak, akan
saya laksanakan" sahutku. Acara yang
diadakan paskibra kali ini melibatkan
anggota Osis. "bapak percaya padamu" kata
beliau seraya pamit pergi.
"Natasya? Kamu gagal ginjal?" intonasi suara
yang ku hafal, lestari, salah satu anggota
Osis sekaligus paskibra. Sepertinya ketahuan
eh? Tapi darimana?
"Iya" pembenaran dariku membuat mereka
semua kaget. Aku saat ini hanya memasang
wajah 'polos', lagipula sudah ketahuan kan?
Untuk apa aku berbohong?
*ctak
"kamu ini! Tidak pernah bilang-bilang! Kamu
kira sakit itu main-main?" marah rian sambil
menjitakku. Aku tersenyum lalu berkata "apa
bisa merubah semuanya jika saya bilang?".
Mereka terdiam. Termasuk rendy yang
menatapku dengan tatapan aneh. "hanya
satu kan?" harap lestari lagi. Hm sepertinya
dia saja yang bisa menerima. "tidak,
keduanya, 60% dan 80%" datar aku
mengatakannya. "transplantasi?" sahutnya
lagi. "tidak bisa, tubuhku rewel, aku tak bisa
menerima sembarangan obat dan organ,
lagipula dengan keadaanku, hanya 10
% peluangnya" jelasku dengan senyuman,
tapi jika dilihat lebih jelas, sudut mataku
telah basah. "ah, guruku sudah masuk, aku
pergi dulu ya" aku pamit, syukurlah guru
yang mengajarkanku berjalan ke arah
kelasku. Aku meninggalkan mereka dengan
senyuman. Tanpa berbalik untuk melihat
reaksi mereka, untuk melihat rendy. Sudah
aku bilang kan rendy? Aku akan pergi.
Sabtu, 03 Juni 2017
(cerbung) Senja Part 7 Happy Reading
(cerbung) Senja Part 6 Happy Reading
"Bisakah aku mempercayai seseorang?"
pekik kecilku, tanpa sadar air mata telah
meleleh. Aku memandangi chat salah satu
'adik'ku, 'adik' kesayanganku. Dia pergi!
Dengan cara yang menyakitkan. Seperti
Rendy. Aku terisak tanpa bisa ku kontrol.
Apa yang salah? Apa?! What is wrong?! Tell
me about that! Dia tak pernah mau jujur.
Segala cara aku coba. Menjadi kakak baik
hati hingga melawannya dengan tegas tapi
nihil. Kenapa ketika aku ingin belajar
percaya ke orang lain? Aku hancur -lagi-
walaupun Rendy masih lebih parah.
Deg!
Ah sial! Mataku berkunang-kunang, nafasku
mulai berat. Aku frustasi! Aku lelah!
Hari itu menjadi hari yang panjang untukku.
-flashback-
"dek, kakak putus" isi chatku tengah malam
kepadanya. "hm, lalu?" balasnya singkat. "dia
berharga, seperti gadismu" balasku. "apa
hubungannya? Baka!" omongannya pedas.
Ish! Aku kesal eh? Air mataku sudah tidak
ada, hm dasar. "terima kasih" ucapku.
"sudah selesai nangisnya?" tanyanya. "iya"
balasku singkat seraya tersenyum. Membikin
orang kesal untuk menghentikan
tangisannya, eh? Dasar adikku. Aku
tersenyum walaupun hanya sedikit tapi dia
berhasil.
-flashbackoff-
Dia menyebalkan! Seperti Rendy! Aku... Aku..
Kecewa berat kembali.. Apa aku akan
percaya seseorang lagi? Apa sakitku akan
hilang? Entahlah.
(cerbung) Senja Part 5 Happy Reading
"Hujan" gumamku tanpa suara. Aku
membenci hujan. Karna saat hujan dia
menjadi milikku dan kenangan itu sangat
menyakitkanku. Aku memandang nanar
pada luka yang ku buat. Kebiasaan
merepotkan. Setidaknya aku lebih tenang
sekarang.
"selamat pagi natasya" ucap ayu yang baru
datang.
"selamat pagi juga" ucapku sambil
tersenyum -palsu-
"pr fisika udah jadi?" tanya ayu.
Tanpa kata aku menyerahkannya pada ayu,
dia pun ke bangkunya sambil membawa
buku latihanku.
'maafkan aku' ucapku dalam hati, merasa
bersalah karna tak pernah jujur pada
mereka.
"Seandainya aku bisa melupakanmu"
gumamku nyaris tiada suara seraya
memandangi chat di hpku. Terkadang aku
berpikir aku adalah gadis jahat! Yah,
bagaimana mungkin aku dekat dengan
banyak cowok padahal hanya dia yang
memiliki hatiku. Terserahlah aku akan
dianggap apa, aku tak peduli.
-flashback-
"Cie yang pacaran mulu, tasya kita ada
praktek kimia lho, ayo" goda auliya seraya
berjalan ke arah lab.
"Iihh siapa juga pacaran, iya iya sana" usirku
setengah malu seraya beranjak bangun dari
dudukku, tanpa sadar gerakanku sudah
dihentikan.
"bagaimana?" tanya rendy memandangku
penuh harap.
"bagaimana apanya?" tanyaku pura-pura tak
mengerti.
"bagaimana kalau kita pacaran?" ajaknya
serius.
Aku hanya menggangguk dan langsung
mengambil tasku, dia masih berdiri
dikoridor ketika aku keluar kelas dan
menggenggam tanganku.
"beneran nih?" tanyanya senang.
"iya, atau kamu main-main ya?" ucapku
merajuk.
"aku serius" dia berkata seperti itu dan aku
hanya tersenyum.
-flashbackoff-
Aku merindukannya. Aku menenggelamkan
mukaku ke lipatan tangan. Hh bersiap
dengan akting gadis manisku sebentar lagi.
Satu hari lagi tanpa bisa melupakanmu.
(cerbung) Senja Part 4 Happy Reading
'aku benci! Aku benci hidupku! Aku benci!'
aku terus menjerit dalam hati, ingin rasanya
aku menangis tapi tidak bisa. Aku tak bisa
menangis, aku sesak! Aku butuh sesuatu!
Apapun itu! Aku butuh! Ah ada silet. Aku
ingin itu! Aku ingin ketenangan itu.
tes tes tes
Darah itu mengucur ke lantai. Sayatan di
tanganku tampak manis. Aku lelah.
Setidaknya ini mengurangi aku.
Aku pun tertidur.
(Cerbung) Senja Part 3 Happy Reading
Akhirnya, aku meregangkan badan sambil
memanggil teman-temanku untuk ke kantin.
Hmm berkutat dengan rumus fisika
membuatku kelaparan. Aku, tini, ayu, dan
ros berjalan keluar.
'deg' aku terdiam beberapa saat, itu suara
tawa yang aku rindukan! Dia sedang duduk
dikoridor bersama teman-temannya dan
tertawa lepas. Dulu aku juga membuatnya
tertawa seperti itu, dulu aku juga
disampingnya seperti mereka. Tapi itu dulu.
-flashback-
"ada apa?" dia bertanya setelah duduk
disampingku.
Dengan segera aku menutup buku novel
yang sedang aku baca. "nggak ada, nggak
boleh ya manggil?" kataku pura-pura
ngambek.
"kalau gak ada yang penting, aku pergi"
katanya balik mengerjaiku.
"iisshh iya iya, aku kangen" kataku sambil
menahan lengannya.
Dia hanya tersenyum simpul melihatku.
Senyum yang aku suka. Senyum yang aku
rindukan. Senyum yang membuat aku jatuh
cinta lagi dan lagi.
-flashback off-
Sepanjang jalan hanya itulah yang aku ingat,
aku memutuskan membeli nasi bungkus
dan sprite. Sudah kebiasaanku minum soda
ketika ada masalah. Dan sekarang aku
terlalu ketergantungan dengan minuman
itu. Jika tidak minum sehari, akan berbeda
rasanya. Seperti aku sekarang, berbeda
tanpa dia disisiku.
(Cerbung) Senja Part 2 Happy Reading
Selalu dia bisa mengalihkan fokusku.
Bukuku itu hanya alibi, sesekali melirik ke
arahnya yang sedang melakukan upacara
rutin penaikan bendera harian oleh
paskibra. Suaranya tegas jika sedang
bertugas. Konsentrasinya sulit dikacaukan.
Semua tentang dia. Semua. Aku menghela
nafas, memilih masuk kelas lagipula
energiku sudah penuh hanya melihatnya
dari jauh, yah dari jauh.
-flashback-
"dasar, manja sekali" godaku melihat
lelakiku menggenggam tanganku dan tidur
diatasnya. Memang rutin setiap tahun
disekolahku, masing-masing kelas membuat
suasana nyaman dengan mengecat kelas,
kali ini kelasku dan dia bersama'an
mengecat, dan dia masih sempat untuk
menghampiriku.
"Biarin, tapi suka kan?" dia membalasku
sambil menatap mataku. Uuhh sial! Dia
selalu bisa membuat aku malu.
"hmm asalkan hanya denganku" ucapku.
"siap" dia mengucap itu dengan santai tapi
serius. Aku percaya. Aku percaya dia akan
menepatinya.
-flashback off-
Dikelas ini pun banyak kenangan tentang
dia, bagaimana? Bagaimana aku
melupakanmu? Kepalaku makin sakit,
frekuensinya meningkat tiap hari.. Entahlah,
aku tak tahu, dia juga tidak akan peduli kan
kalau aku mati? Dengan cepat aku
menyambar sapu diujung kelas, hari ini
piketku, dan sebenarnya piket dia juga
dikelasnya. Selalu tentang dia. 2
Happy Reading
Selalu dia bisa mengalihkan fokusku.
Bukuku itu hanya alibi, sesekali melirik ke
arahnya yang sedang melakukan upacara
rutin penaikan bendera harian oleh
paskibra. Suaranya tegas jika sedang
bertugas. Konsentrasinya sulit dikacaukan.
Semua tentang dia. Semua. Aku menghela
nafas, memilih masuk kelas lagipula
energiku sudah penuh hanya melihatnya
dari jauh, yah dari jauh.
-flashback-
"dasar, manja sekali" godaku melihat
lelakiku menggenggam tanganku dan tidur
diatasnya. Memang rutin setiap tahun
disekolahku, masing-masing kelas membuat
suasana nyaman dengan mengecat kelas,
kali ini kelasku dan dia bersama'an
mengecat, dan dia masih sempat untuk
menghampiriku.
"Biarin, tapi suka kan?" dia membalasku
sambil menatap mataku. Uuhh sial! Dia
selalu bisa membuat aku malu.
"hmm asalkan hanya denganku" ucapku.
"siap" dia mengucap itu dengan santai tapi
serius. Aku percaya. Aku percaya dia akan
menepatinya.
-flashback off-
Dikelas ini pun banyak kenangan tentang
dia, bagaimana? Bagaimana aku
melupakanmu? Kepalaku makin sakit,
frekuensinya meningkat tiap hari.. Entahlah,
aku tak tahu, dia juga tidak akan peduli kan
kalau aku mati? Dengan cepat aku
menyambar sapu diujung kelas, hari ini
piketku, dan sebenarnya piket dia juga
dikelasnya. Selalu tentang dia.
Jumat, 02 Juni 2017
(Cerbung) Senja Part 1 Happy reading~
''huft'' aku mendengus malas menatap buku
bersampul unggu yang sedang aku pegang,
judulnya? MATEMATIKA. Mataku beralih ke
buku catatan matematikaku. Aku
memandang nanar terhadap buku catatan
itu.
-flashback-
"jangan marah, aku sudah bilang, aku
memang ingin melupakanmu, tapi nyatanya
gak bisa, dan yah aku kembali padamu"
terangku cepat.
"oh" balas rendy datar.
Permasalahan ini timbul karena rendy
melihat inisial cowok lain dibuku catatan
matematikaku yang ia pinjam. Oh Tuhan! Dia
cemburu sekali tapi..aku suka!
Akhirnya setelah perjuangan panjang-
seharian meminta maaf- akhirnya ia
memaafkanku. Aku merasa lega.
-flashback off-
Aku hampir menangis ketika menginggat
kenangan demi kenangan bersamanya. Air
mata tak pernah mau turun walau telah
menggenang dipelupuk mataku. Ah,
menyebalkan sekali kan? Membuat sesak
didada saja!
"Natasya, makan nak" ibuku berteriak
memanggil.
"Tidak, tasya kenyang, tasya gak mau
makan" balasku.
Aku kehilangan selera makan lagipula sejak
entah kapan sakit diperutku kambuh. Aku
sengaja tak ingin memberitahu keluarga toh
percuma saja kan?
'Tuhan, aku ingin dia' bisik hatiku entah ke
berapa kalinya menyebut nama dia.
#1511