BAB I
BILANGAN RIIL
BILANGAN RIIL
I.
BILANGAN
REAL
Bilangan real atau bilangan riil menyatakan bilangan yang dapat dituliskan
dalam bentuk decimal, seperti 2,86547… atau 3.328184. Dalam notasi penulisan
bahasa Indonesia, bilangan desimal adalah bilangan yang memiliki angka di
belakang koma “,” sedangkan menurut notasi ilmiah, bilangan desimal adalah
bilangan yang memiliki angka di belakang tanda titik “.”. Bilangan real
meliputi bilangan rasional, seperti 42 dan −23/129, dan bilangan
irrasional, seperti π dan √2, dan dapat direpresentasikan sebagai salah
satu titik dalam garis bilangan.
Himpunan
semua bilangan riil dalam matematika dilambangkan dengan R (berasal dari
kata “real”).
II.
BILANGAN
REAL DAN PENYUSUNYA
1)
Bilangan Asli
Bilangan
asli adalah bilangan yang diawali dengan angka 1. Bilangan asli ini
dilambangkan dengan huruf A, atau dapat juga ditulis dalam bentuk A = {1, 2, 3,
4, …}.
2)
Bilangan Cacah
Bilangan
cacah adalah gabungan bilangan asli dengan 0. Bilangan cacah ini dilambangkan
dengan huruf C, atau dapat juga ditulis dalam bentuk C = {0, 1, 2, 3, …}.
3)
Bilangan Bulat
Bilangan
bulat adalah gabungan antara bilangan cacah dan bilangan negatif. Bilangan
bulat dilambangkan dengan huruf B, atau dapat juga dalam bentuk B = { …, -2,
-1, 0, 1, 2, … }.
4)
Bilangan Rasional
Bilangan
rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan
dan . Bilangan rasional dilambangkan dengan Q, atau dapat juga ditulis
dalam bentuk Q = { …, -4, , , 0, , …}.
5)
Bilangan Irrasional
bilangan irasional
adalah bilangan riil yang tidak bisa dibagi (hasil baginya tidak pernah
berhenti). Dalam hal ini, bilangan irasional tidak bisa dinyatakan sebagai a/b,
dengan a dan b sebagai bilangan bulat dan
b tidak sama dengan nol. Jadi bilangan irasional bukan merupakan bilangan
rasional. Contoh yang paling populer dari bilangan irasional
adalah bilangan π, 2^1/2, dan
bilangan e.
Bilangan π sebetulnya tidak tepat, yaitu kurang lebih
3.14, tetapi
= 3,1415926535.... atau
= 3,14159 26535 89793 23846 26433 83279 50288 41971 69399
37510...
III.
OPERASI
PADA BILANGAN REAL
1)
Penjumlahan
Operasi
penjumlahan pada bilangan riil berlaku sifat :
a. Komutatif a + b = b
+ a misal: 3 + 5 = 5 + 3
b. Assosiatif (a + b)
+ c = a + (b + c) misal: (2 + 3) + 5 = 2 + (3 + 5)
2)
Pengurangan
Operasi pengurangan pada bilangan riil tidak
berlaku sifat komutatif maupun assosiatif.
3)
Perkalian
Operasi perkalian pada bilangan riil berlaku
sifat:
Komutatif a x b = b x a
misal: 5 x 7 = 7 x 5
Assosiatif (a x b) x c = a x (b x c)
misal: (3 x 5) x 7 = 3 x (5 x 7)
Distributif a x (b + c) = (a x b) + (a x
c)
misal: 2 x (3 + 5) = (2 x 3) + (2 x 5)a x
(b – c) = (a x b) – (a x c)
misal: 2 x (3 – 5) = (2 x 3) – (2 x 5)
4)
Pembagian
Operasi pembagian pada bilangan riil tidak berlaku
sifat komutatif, assosiatif, maupun distributif. Agar kalian lebih memahami
operasi – operasi pada bilangan riil seperti yang disebut di atas, perhatikan
contoh – contoh berikut dengan baik.
BAB II
FUNGSI
FUNGSI
I.
Pengertian Fungsi
dalam istilah matematika adalah pemetaan setiap anggota sebuah himpunan
(dinamakan sebagai domain) kepada anggota himpunan yang lain (dinamakan sebagai
kodomain).
Istilah ini
berbeda pengertiannya dengan kata yang sama yang dipakai sehari-hari, seperti
“alatnya berfungsi dengan baik.”
Konsep fungsi
adalah salah satu konsep dasar dari matematika dan setiap ilmu kuantitatif.
Istilah “fungsi“, “pemetaan“, “peta“, “transformasi“,
dan “operator” biasanya dipakai secara sinonim.
Anggota himpunan
yang dipetakan dapat berupa apa saja (kata, orang, atau objek lain), namun
biasanya yang dibahas adalah besaran matematika seperti bilangan riil..
Untuk
mendefinisikan fungsi dapat digunakan notasi berikut.
Dengan demikian
kita telah mendefinisikan fungsi f yang memetakan setiap elemen himpunan
A kepada B. Notasi ini hanya mengatakan bahwa ada sebuah fungsi f yang
memetakan dua himpunan, A kepada B. Tetapi bagaimana tepatnya
pemetaan tersebut tidaklah terungkapkan dengan baik. Maka kita dapat
menggunakan notasi lain.
atau
Sebuah fungsi f
dapat dimengerti sebagai relasi antara dua himpunan, dengan unsur pertama hanya
dipakai sekali dalam relasi tersebut.
Contoh :
Tentukan
domainnya sehingga fungsi di bawah ini memberikan nilai bilangan reala. y = 2x2 + 42x −3
b. y =x + 4
c. y = 2x − 6
Jawab :
a. Daerah asalnya
x ∈ Real, karena setiap x elemen bilangan real,
fungsi memberikan
nilai bilangan real
: Df = { x∈ R}
b. fungsi y =2x
−3
merupakan fungsi
pecahan, dimana fungsi tidak akan
x + 4 memberikan suatu nilai jika penyebutnya bernilai 0 (nol). Jadi Daerah asalnya x ∈
x + 4 memberikan suatu nilai jika penyebutnya bernilai 0 (nol). Jadi Daerah asalnya x ∈
R dimana x + 4 ≠
0 atau Df = {x | x ≠ -4, x∈ R }
c. fungsi y = 2x
− 6 merupakan fungsi dalam akar, dimana fungsi tidak akan
memberikan suatu
nilai real jika di dalam akar bernilai negatif. Jadi Daerah asalnya
x ∈ R dimana 2x – 6 > 0 atau Df = {x | x > 3, x∈ R}
BAB III
LIMIT FUNGSI
LIMIT FUNGSI
I.
DEFINISI LIMIT
Limit suatu fungsi
merupakan salah satu konsep mendasar dalam kalkulus dan analisis, tentang
kelakuan suatu fungsi mendekati titik masukan tertentu.
Suatu fungsi
memetakan keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut
memiliki limit L pada titik masukan p bila f(x) "dekat"
pada L ketika x dekat pada p. Dengan kata lain, f(x)
menjadi semakin dekat kepada L ketika x juga mendekat menuju p.
Lebih jauh lagi, bila f diterapkan pada tiap masukan yang cukup
dekat pada p, hasilnya adalah keluaran yang (secara sembarang) dekat
dengan L. Bila masukan yang dekat pada p ternyata
dipetakan pada keluaran yang sangat berbeda, fungsi f dikatakan tidak
memiliki limit.
II.
beberapa
definisi limit fungsi yang umum diterima.
a.
Fungsi pada garis
Bila f :
R R terdefinisi pada garis bilangan riil, dan p, L
R maka
kita menyebut limit f ketika x mendekati p adalah L,
yang ditulis sebagai:
jika dan hanya
jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0
sehingga |x - p|< δ mengimplikasikan bahwa |f (x)
- L | < ε . Di sini, baik ε maupun δ merupakan
bilangan riil. Perhatikan bahwa nilai limit tidak tergantung pada nilai f
(p)
Limit searah
Limit saat: x → x0+
≠ x → x0-. Maka, limit x → x0 tidak ada.
Masukan x
dapat mendekati p dari atas (kanan di garis bilangan) atau dari bawah
(kiri). Dalam hal ini limit masing-masingnya dapat ditulis sebagai
atau
Bila kedua limit
ini sama nilainya dengan L, maka L dapat diacu sebagai limit f(x)
pada p . Sebaliknya, bila keduanya tidak bernilai sama dengan L,
maka limit f(x) pada p tidak ada.
Definisi formal
adalah sebagai berikut. Limit f(x) saat x mendekati p
dari atas adalah L bila, untuk setiap ε > 0, terdapat sebuah bilangan
δ > 0 sedemikian rupa sehingga |f(x) - L| < ε pada saat 0
< x - p < δ. Limit f(x) saat x
mendekati p dari bawah adalah L bila, untuk setiap ε > 0,
terdapat bilangan δ > 0 sehingga |f(x) - L| < ε bilamana 0
< p - x < δ.
Bila limitnya
tidak ada terdapat osilasi matematis tidak nol.
Limit fungsi pada ketakhinggaan
Limit fungsi ini
ada pada ketakhinggaan.
Bila dua unsur,
ketakhinggaan positif dan negatif {-∞, +∞}, ditambahkan pada garis bilangan
riil, kita dapat mendefinisikan limit fungsi pada ketakhinggaan. Dua unsur
tambahan ini bukanlah bilangan, namun berguna dalam memerikan kelakuan limit
pada kalkulus dan analisis.
Bila f(x)
adalah fungsi riil, maka limit f saat x mendekati tak hingga
adalah L, dilambangkan sebagai:
jika dan hanya
jika untuk semua ε > 0 terdapat S > 0 sedemikian
rupa sehingga |f (x) - L| < ε bilamana x >
S.
Dengan cara yang
sama, limit f saat x mendekati tak hingga adalah tak hingga,
dilambangkan oleh
jika dan hanya
jika bila untuk semua R > 0 terdapat S > sedemikian
sehingga f(x) > R bilamana x > S.
Rumus biasa
Rumus
Contoh :
1. Lim (x2 + 8) = 72 + 8
= 57
x ->
7
2. Lim (x3 – x + 7) = 53 - 5 + 7 =
127
x ->
5
BAB IV
BARIS & DERET
BARIS & DERET
A.
Pengertian Barisan dan Deret
1.Barisan Bilangan
Perhatikan susunan bilangan berikut :
a.1, 2, 3, 4, 5,…;dinamakan barisan bilangan asli
b.2, 4, 6, 8, 10,…;dinamakan barisan bilangan asli genap
c.1, 3, 6, 10, 15,…;dinamakan barisan bilangan segitiga
d.1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,;dinamakan barisan bilangan Fibonacci
Bilangan-bilangan
yang membentuk suatu barisan disebut suku-suku barisan. Bilangan pertama atau
suku pertama dilambangkan dengan u1, suku kedua dengan u2,
suku ketiga dengan u3, suku ke-k dengan uk,…, demikian
seterusnya sampai suku ke-n dengan un (n bilangan asli).
Indeks
n menyatakan banyaknya suku dalam barisan itu. Untuk nilai n bilangan asli
berhingga, barisan itu dinamakan barisan berhingga. Suku ke-n dilambangkan
dengan un disebut suku umum barisan. Pada umumnya, suku ke-n atau un
merupakan fungsi dengan daerah asal (domain) bilangan asli n.
Barisan
bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola atau aturan tertentu antara
satu bilangan dengan bilangan berikutnya. Jika bilangan pertama u1,
bilangan kedua u2, bilangan ketiga u3, …, dan bilangan
ke-n adalah un, maka barisan bilangan itu dituliskan sebagai
u1, u2, u3,
... , uk, ... , un
Contoh :
1)
Tentukan tiga suku pertama pada barisan berikut ini, jika suku ke-n dirumuskan
sebagai un = 3n + 1
Jawab :
Suku ke-n, un = 3n + 1
Untuk n = 1, diperoleh u1 = 3(1) + 1 = 4
n = 2, diperoleh u2 = 3(2) + 1 = 7
n = 3, diperoleh u3 = 3(3) + 1 = 10
Jadi, tiga suku pertama barisan itu adalah u1 = 4, u2 = 7, dan u3 = 10.
2)
Tentukan rumus umum suku ke-n untuk barisan berikut ini, jika empat buah suku
pertama diketahui sebagai berikut.
a) 4,
6, 8, 10, . . . b) 1, 9, 25, 49, . . .
Jawab
:
a)
4, 6, 8, 10, . . .; barisan dengan suku pertama u1 = 4 dan selisih
dua suku yang berurutan bernilai konstan sama dengan 2.
Jadi, un = 2n + 2
b)
1, 9, 25, 49, . . .; dapat ditulis sebagai (1)2, (3)2,
(5)2, (7)2, ...; barisan dengan suku-sukunya merupakan
kuadrat dari bilangan asli ganjil.
Jadi, un = (2n – 1)2.
2.
Deret
Perhatikan kembali barisan
Jika suku-suku tersebut dijumlahkan dalam bentuk u1, u2,
u3, ... , uk, ... , un, maka penjumlahan
barisan tersebut dinamakan deret. Jumlah suku-suku pada barisan hingga n suku
pertama dinyatakan dengan Sn. Misalnya jumlah 5 suku pertama ditulis
Sn = u1 + u2 + u3 + u4 +
u5 .
Contoh :
1)
Diketahui suatu deret 2 + 4 + 6 + …, hitunglah jumlah 5 suku pertama.
Jawab:
Sn = 2 + 4 + 6 + 8 + 10 = 30
Jadi, jumlah 5 suku pertama deret tersebut adalah 30.
B.Barisan
Aritmatika
Perhatikan barisan aritmatika 1, 3, 5, 7,… dan
2, 4, 6, 8,….; setiap selisih anatara dua suku yang berurutat adalah tetap
nilainya yaitu:
3-1 = 5-3 = 7-5 =…= 2
4-2 = 6-4 = 8-6 =…= 2
Secara umum u1,
u2, u3, ... , un adalah barisan aritmatika apabila u2 – u1
= u3 – u2 = u4 – u3 = konstanta.
Konstanta ini disebut beda
dan dinyatakan dengan b.
Sehingga barisan aritmatika dapat kita definisikan sebagai
berikut:
Barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih (beda)
antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Bentuk umum :
u1,
u2, u3, ... , un
atau
a,
( a + b ), ( a + 2b ), ... , (a + (n – 1) b)
Pada barisan aritmatika, berlaku un – un-1 =
b , sehingga un = un-1
+ b.
a.
Rumus umum suku ke-n pada Barisan Aritmatika
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku
pertama a dan beda b, maka suku barisan itu dapat divisualisasikan sebagai
berikut :
I u1 = a
I u2 = a + b
I u3 = a + 2b
I u4 = a + 3b
I un = a + ( n -1 ) b
Berdasarkan pola atau keteraturan suku-suku
barisan di atas, maka rumus suku ke-n untuk barisan aritmatika dapat ditentukan
dengan hubungan berikut.
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku
pertama a dan beda b, rumus umum suku ke-n dari barisan aritmatika itu
ditentukan oleh :
I un = a + (
n -1 ) b
Contoh :
1) Carilah
suku pertama, beda, dan suku ke-6 dari barisan aritmatika 4, 1, -2, -5, . . .
Jawab :
Barisan 4, 1, -2, -5, …
Suku pertama u1 = a = 4,
Beda b =
1 – 4 = -3,
Suku ke-6 u6
= a + 5b = 4 + 5(-3) = -11
Jadi, suku pertama a =
4, beda b = -3, dan suku ke-6 adalah u6 = 11
b.
Suku tengah pada barisan aritmatika
Suku tengah suatu barisan aritmatika dapat
ditentukan melalui deskripsi berikut ini.
Misalkan barisan aritmatika yang terdiri dari
atas (2k-1) suku : u1, ... ,uk, ... , u2k-1, maka suku tengahnya adalah uk.
Suku tengah uk = a + (k-1) b = ½{2a+2(k-1)b} =
½{a+a+(2k-2)b} = ½ {u1 + u2k-1}. Jadi, suku tengahnya ditentukan oleh hubungan uk
= ½ {u1+u2k-1}.
Contoh :
1) Diketahui
barisan aritmatika 3, 5, 7, 9, …, 95. Banyak suku pada barisan itu adalah
ganjil.
a)
Carilah suku tengahnya
b) Suku
keberapakah suku tengahnya itu?
c)
Berapakah banyak suku barisan itu?
Jawab :
a)
Barisan 3, 5, 7, 9, …, 95. Suku pertama a = u1 = 3, beda b = 2, dan
suku terakhir u2k-1
= 95.
uk = ½ (u1+u2k-1)
= ½ (3 + 95) = 49
Jadi, suku tengahnya adalah 49.
b) Dari
hasil a), diperoleh :
U uk = a + ( k-1) b = 49
⇔ 3 + (k-1)2 = 49
⇔ 2k = 48
⇔ k = 224
Jadi, suku tengahnya adalah suku ke-24.
c)
Banyaknya suku barisan itu sama dengan 2k – 1 = 2(24) – 1 = 47.
c.
Sisipan pada barisan aritmatika
Misalkan diantara dua bilangan real x dan
(dengan x ≠ y ) akan disisipkan sebanyak k
buah bilangan ( k bilangan asli). Bilangan – bilangan semula dengan
bilangan-bilangan yang disisipkan itu membentuk suatu barisan aritmatika.
Susunan bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan dapat
divisualisasikan dengan menggunakan bagan sebagaimana diperlihatkan berikut
ini.
Di antara dua bilangan x dan y disisipkan sebanyak k buah
bilangan sehingga bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang
disisipkan membentuk barisan aritmatika. Nilai beda barisan aritmatika yang
terbentuk dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan
b =( y – x) / (k + 1)
Dengan x dan y bilangan real (x ≠ y )dan k bilangan asli.
Contoh :
1) Di antara bilangan 4
dan 28 disisipkan 5 buah bilangan sehingga bilangan-bilangan semula dengan
bilangan-bilangan yang disisipkan membentuk barisan aritmatika. Carilah beda
dari barisan aritmatika yang terbentuk.
Jawab :
Diketahui x = 4, y = 28, dan k = 5
Didapat b =( y – x) / (k + 1) = (28-4)/(5+1)=4
Jadi, beda barisan aritmatika yang terbentuk adalah b =4 .
C.Deret
Aritmatika
Jumlah beruntun suku-suku suatu barisan aritmatika disebut
sebagai deret aritmatika. Sebagai contoh :
· Dari barisan aritmatika 1, 3, 5, 7,
…, 99 dapat dibentuk deret aritmatika 1 + 3 + 5 + 7 + … + 99,
· Dari barisan aritmatika 2, 4, 6, 8,
…, 2n dapat dibentuk deret aritmatika 2 + 4 + 6 + 8 + … + 2n.
Dari
contoh di atas dapat disimpulkan, jika u1, u2, u3,
... , un, merupakan suku – suku barisan aritmatika, maka u1
+ u2 + u3 + ... + un dinamakan sebagai deret
aritmatika.
a.
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika dilambangkan dengan Sn
, dan Sn ditentukan oleh :
Sn = u1 + u2 +
u3 + ... + un-2 + un-1 + un
Substitusikan u1 = a, u2 = a+b,
u3 = a+2b , un-2 =
un – 2b, un-1 =un – b; diperoleh
Sn = a + (a+b) + (a+2b) + ... + (un – 2b) + (un – b) +
un …(*)
Jika urutan suku-suku penjumlahan pada persamaan (*) itu dibalik, diperoleh:
Sn = un + (un – b) + (un
– 2b) + ... + (a+2b) + (a+b) + a … (**)
Jumlahkan masing masing ruas pada persamaan (*) dengan
persamaan (**), sehingga diperoleh
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut,
jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika dapat ditentukan melalui hubungan
sebagai berikut.
Jumlah n suku pertama suatu deret
aritmatika u1
+ u2 + u3 + ... + un ditentukan dengan menggunakan
hubungan :
Sn = n/2 (a+ un)
Dengan n = banyak suku, a = suku pertama,
dan un = suku ke-n.
a.
Sifat-sifat Sn pada deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut.
1.
Sn = n/2 (a+ un)merupakan fungsi kuadrat dari n (n
bilangan asli) yang tidak memiliki suku tetapan.
2.
Untuk setiap n bilangan asli berlaku hubungan Sn -Sn-1 = un
(Suku ke-n).
Contoh
:
1)
Hitunglah jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60.
Jawab :
Untuk menghitung jumlah deret pada soal di atas, perlu
ditentukan terlebih dulu banyak suku atau n melalui hubungan un = a
+ (n-1)b.
2 + 4 + 6 + … + 60, a = 2, b = 2, dan un = 60
60 = 2 + (n-1) 2
⇔ 60 = 2n
⇔ n = 30
S30 = 30/2 (a+ u30) = 15(2+60) = 930
Jadi, jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60 adalah S30
= 930
CONTOH SOAL
1. Rumus umum suku ke-n dari suatu
barisan ditentukan melalui hubungan un= an2 + bn. Suku
ke-2 dan suku ke-7 dari barisan itu masing-masing sama dengan 8 dan 63.
a.
Hitunglah nilai a dan nilai b
b.
Tentukan suku ke-10
2. Tulislah deret bilangan berikut ini,
kemudian tulislah hasil penjumlahannya.
a.
Deret 6 bilangan asli kelipatan tiga
yang pertama
b.
Deret 5 bilangan segitiga yang
pertama
c.
Deret 6 bilangan persegi yang
pertama
3. Suku ke-3 suatu barisan aritmatika
sama dengan 11, sedangkan suku ke-10 sama dengan 39.
a.
Carilah suku pertama dan beda
barisan itu
b.
Carilah rumus suku ke-n
4. Suku ke-5 suatu deret aritmatika
adalah 40 dan suku ke-8 deret itu adalah 25.
a.
Tentukan suku pertama dan beda deret
aritmatika itu
b.
Hitunglah jumlah sepuluh suku
pertama dari deret aritmatika itu
KUNCI
JAWABAN
1. Nilai a dan b, serta suku ke-10
adalah
a.
Rumus umum suku ke-n : un= an2
+ bn
·
Suku ke-2 sama dengan 8, diperoleh
hubungan:
a(2)2 + b(2) = 8
⇔ 4a + 2b =
8
⇔ 2a + b = 4 (*)
·
Suku ke-7 sama dengan 63, diperoleh
hubungan:
A a(7)2 + b(7) = 63
⇔ 49a + 7b
= 63
⇔ 7a + b =
9 .................................. (*)
Persamaan (*) dan (**) membentuk sistem persamaan linear dua
variabel (dengan variabel a dan variabel b) sebagai berikut:
2a + b =4
7a + b =9
Solusi atau penyelesaian dari sistem persamaan linear dua
variabel diatas adalah a = 1 dan b = 2.
Jadi, nilai a = 1 dan b = 2.
b.
Berdasarkan hasil perhitungan a
rumus umum suku ke-n dapat dinyatakan sebagai un= n2 +
2n.
Untuk n = 10 diperoleh u10 = (10)2 +
2(10) = 120
Jadi, suku ke-10 dari barisan itu adalah u10 =
120.
2. Deret bilangan dan jumlahnya adalah
a.
3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18
Sn =3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18 = 60
b.
1 + 3 + 6 + 10 + 15
Sn = 1 + 3 + 6 + 10 + 15 = 35
c.
1 + 4 + 9 + 16 + 25 + 36
Sn = 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + 36 = 91
3. Suku pertama dan beda, serta rumus
suku ke-n adalah
a. u3 = 11 → a + 2b = 11 ..................
(1)
u10 = 39 → a + 9b = 39
.... .. (2)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat 𝑎=3 dan 𝑏=4.
Jadi, suku pertama a = 3 dan beda b
= 4.
b. un = a +
(n-1) b
= 3 + (n-1) 4
= 4n-1
Jadi, rumus suku ke-n adalah un
= 4n-1.
4. Suku pertama, beda serta jumlah
ssepuluh suku pertama adalah
a.
Suku ke-5 sama dengan 40
u5 = 40 → a + 4b = 40 ..... (1)
Suku ke-8 sama dengan 25
u8 = 25 → a + 7b = 25 ...... (1)
Kedua persamaan di atas membentuk system persamaan linear
dua variabel dan penyelesaiannya adalah a = 60 dan b = -5.
Jadi, suku pertama dan beda dari
deret aritmatika itu berturut-turut adalah a = 60 dan b = -5
A.
DERET TAYLOR DAN DERET MACLAURIN
Dalam
matematika, deret Taylor adalah representasi fungsi matematika sebagai jumlahan
tak hingga dari suku-suku yang nilainya dihitung dari turunan fungsi tersebut
di suatu titik. Deret ini dapat dianggap sebagai limit polinomial Taylor. Deret
Taylor mendapat nama dari matematikawan Inggris Brook Taylor. Bila deret
tersebut terpusat di titik nol, deret tersebut dinamakan sebagai deret
Maclaurin, dari nama matematikawan Skotlandia Colin Maclaurin.
Deret Maclaurin adalah bila pada deret Taylor
tersebut berpusat pada titik nol. Jadi bisa disimpulkan bahwasanya deret
Maclaurin adalah bagian deret Taylor, dengan kata lain, deret Taylor yang
berpusat di nol disebut dengan deret Maclaurin.
Definisi
Deret
Taylor dari sebuah fungsi riil atau fungsi kompleks f(x) yang
terdiferensialkan takhingga dalam sebuah persekitaran sebuah bilangan riil atau
kompleks a adalah deret pangkat
yang dalam
bentuk lebih ringkas dapat dituliskan sebagai
dengan n!
melambangkan faktorial n dan f (n)(a)
melambangkan nilai dari turunan ke-n dari f pada titik a.
Turunan kenol dari f didefinisikan sebagai f itu sendiri, dan (x
− a)0 dan 0! didefinisikan sebagai 1.
Dalam
kasus khusus di mana a = 0, deret ini disebut juga sebagai Deret
Maclaurin.
Teorema
Taylor dalam satu variabel
Dalam
kalkulus, teorema Taylor memberikan barisan pendekatan sebuah fungsi
yang diferensiabel pada sebuah titik menggunakan suku banyak (polinomial).
Koefisien polinomial tersebut hanya tergantung pada turunan fungsi pada titik
yang bersangkutan. Teorema ini juga memberikan estimasi besarnya galat dari
pendekatan itu. Teorema ini mendapat nama dari matematikawan Brook Taylor, yang
menyatakannya pada tahun 1712, meskipun hasilnya sudah ditemukan pertama kali
tahun 1671 oleh James Gregory.
Teorema
Taylor dalam satu variabel
Teorema
Taylor menyatakan sembarang fungsi mulus dapat dihampiri dengan polinomial.
Contoh sederhana penerapan teorema Taylor adalah hampiran fungsi eksponensial ex
di dekat x = 0:
Hampiran
ini dinamakan hampiran Taylor orde ke-n’ terhadap ex
karena menghampiri nilai fungsi eksponensial menggunakan polinomial derajat n.
Hampiran ini hanya berlaku untuk x mendekati nol, dan bila x
bergerak menjauhi nol, hampiran ini menjadi semakin buruk. Kualitas hampiran
dinyatakan oleh suku sisa:
Lebih umum
lagi, teorema Taylor berlaku untuk setiap fungsi yang dapat diturunkan ƒ,
dengan hampiran untuk x di dekat titik a, dalam bentuk:
Suku sisa
adalah perbedaan antara fungsi dan polinomial hampirannya:
Meskipun
rumus eksplisit untuk suku sisa ini jarang digunakan, teorema Taylor juga
memberikan estimasi nilai sisanya. Dengan kata lain, untuk x cukup dekat
terhadap a, suku sisa haruslah cukup kecil. Teorema Taylor
memberikan informasi persis seberapa kecil suku sisa tersebut.
Rumus Deret
Taylor diturunkan dari Deret Maclaurin:
Deret
Maclaurin f(x) = f(0)
+ f'(0) x +
x2 +
x3 +
.....
menyatakan sebuah fungsi dalam koefisien diferensialnya
di titik x = 0, yakni di titik K (gambar
di bawah).
y y=f(x)
K f(h)
Di
titik P: f(h) = f(0) + f'(0) h +
h2 +
h3 + ....
Jika sekarang kita geserkan sumbu y sejauh a ke kiri,
y terhadap
sumbu yang baru
P
sekarang
menjadi f(a).
Di
titik P: F(a+h) = F(a) + F '(a) h +
h2 +
h3 + .....
Jika a = x, maka
menjadi deret yang umum
Deret
Taylor: f(x+h) = f(x)
+ f '(x) h +
h2 +
h3 +
.....
Untuk x = 0 & h = x à menjadi Deret Maclaurin.
BAB V
TURUNAN
TURUNAN
TURUNAN
Turunan
adalah pengukuran terhadap bagaimana fungsi berubah seiring perubahan nilai
input, atau secara umum turunan menunjukkan bagaimana suatu besaran berubah akibat
perubahan besaran lainnya. Proses dalam menemukan turunan disebut diferensiasi.
TURUNAN PERTAMA
Misalnya merupakan fungsi
dari x atau dapat ditulis juga y=f(x). Turunan dari y terhadap x dinotasikan sebagai
berikut:
Denganmenngunakandefinisiturunandiatasdapatditurunkanbeberaparumus-rumusturunan,
yaitu :
Perhatikancontohberikut :
Perhatikancontohberikut :
Perhatikancontohberikut :
4. Untuk y=f(x).g(x) maka
ataudapatjugakitamisalkan
f(x)=u dan g(x)=v sehinggarumusturunanu.v=u’v+uv’
contoh :
6.
Untukturunanlaintersajidalampenjelasandibawahini.
TURUNAN KEDUA
Turunankeduadari y=f(x)
terhadap x dinotasikansebagaiberikut
Turunankeduamerupakanturunan
yang diperolehdenganmenurunkankembaliturunanpertama.Perhatikancontohberikut :
Penggunakanuntukturunankeduainiantara
lain untuk :
a.
Menentukangradiengarissinggungkurva
Jikadiketahuigaris g
menyinggungkurva y=f(x) padatitik (a,f(a)) sehinggagradienuntuk g adalah
Sebagaicontohtentukanlahgradiengarissinggungdarikurva
y=x²+3x dititik (1,-4) !
Penyelesaian :
Sehinggagradiengarissinggungkurva
y=x²+3x dititik (1,-4) adalah m=y(1)=2.1+3=5
b. Menentukanapakah
interval tersebutnaikatauturun
kurva y =f(x) naikjika f ‘
(x) >0 dan kurva y=f(x) turunjika f ‘ (x) <0.
Lalubagaimanacaramenentukan f ‘ (x) > 0 atau f ‘ (x) <0
? kitagunakangarisbilangandari f ‘ (x). Perhatikancontohberikut :
Tentukanlah interval
naikdan interval turundarifungsi y=x³+3x²-24x !
Jawab :
y=f(x)=x³+3x²-24x →f ‘
(x)=3x²+6x-24=3(x²+2x-8)=3(x+4)(x-2)
Berdasarkangarisbilangan
yang diperolehdiatas :
f ‘ (x) >0 untuk x<-4
dan x>2 yang merupakan interval untukfungsinaik.
F ‘ (x) <0 untuk -4 <
x < 2 yang merupakan interval untukfungsiturun.
c.
Menentukannilaimaksimumdannilai minimum
Nilaimaksimumdannilai
minimum fungsiiniseringdisebutjugadengannilaiekstrimataunilaistasionerfungsi,
yang dapatdiperolehpada f ‘ (x)=0 untukfungsi y=f(x).
Untuklebihjelasnyaperhatikancontohberikut.
Tentukannilaiekstrimdarifungsi
y=x³-3x²-24x-7 !
Jawab :
y’=3x²-6x-24
nilaiekstrimdiperolehdari
y’=o maka
3x²-6x-24 = 0
(x²-2x-8)=0
(x-4)(x+2)=0
x1=4 ; x2=-2
Berdasarkangarisbilangandiatas
:
Fungsimaksimumpada x=-2
sehingganilaibalikmaksimumnyayaitu :
f(-2)=(-2)³-3(-2)²-24(-2)-7
f(-2)=21
Fungsi minimum pada x=4
sehingganilaibalikminimumnyayaitu :
f(4)=(4)³-3(4)²-24(4)-7
f(4)=-87
TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI
Berikutinirumusuntukturunanfungsitrigonometri
:
Perhatikancontohberikut :
Jawab :
BAB VI
INTEGRAL
INTEGRAL
INTEGRAL
Integral adalahkebalikandari proses diferensiasi. Integral ditemukanmenyusulditemukannyamasalahdalamdiferensiasi di manamatematikawanharusberpikirbagaimanamenyelesaikanmasalah yang berkebalikandengansolusidiferensiasi.
Lambang integral adalah
Integral terbagiduayaituintegral taktentudanintegral tertentu.Bedanyaadalah integral tertentumemilikibatasatasdanbatasbawah.Integral tertentubiasanyadipakaiuntukmencari volume bendaputardanluas.
Disini C adalahsembarangkonstanta.
1. Rumusumum
2. FungsiAljabar
3. FungsiEksponensial
4. FungsiTrigonometri
5. FungsiTrigonometri (lanjutan)
Integral adalahkebalikandari proses diferensiasi. Integral ditemukanmenyusulditemukannyamasalahdalamdiferensiasi di manamatematikawanharusberpikirbagaimanamenyelesaikanmasalah yang berkebalikandengansolusidiferensiasi.
Lambang integral adalah
Integral terbagiduayaituintegral taktentudanintegral tertentu.Bedanyaadalah integral tertentumemilikibatasatasdanbatasbawah.Integral tertentubiasanyadipakaiuntukmencari volume bendaputardanluas.
Disini C adalahsembarangkonstanta.
1. Rumusumum
2. FungsiAljabar
3. FungsiEksponensial
4. FungsiTrigonometri
5. FungsiTrigonometri (lanjutan)
6. Fungsi Invers Trigonometri
7. FungsiHiperbolik
8. Berikutiniadalahrumus-rumustrigonometri yang seringdigunakandalammenyelesaikanmasalah integral.
9. GunakanRumusTrigonometritersebutuntukmencari
10. Sepertinomor 9.
11. INTEGRAL PARSIAL
Rumusdari Integral Parsial
12. Hitunganberikutmenggunakan integral Parsialdengancarareduksi
13. Sepertinomor 12.
14. Masihmenggunakan integral parsial.
15. Menyelesaikanmasalahberikut menggunakan integral parsial, denganrumusreduksi
16. SUBSTITUSI TERIGONOMETRI.
Untuk Integrand denganbentuksepertiberikut, gunakansubstitusiTrigonometri
7. FungsiHiperbolik
8. Berikutiniadalahrumus-rumustrigonometri yang seringdigunakandalammenyelesaikanmasalah integral.
9. GunakanRumusTrigonometritersebutuntukmencari
10. Sepertinomor 9.
11. INTEGRAL PARSIAL
Rumusdari Integral Parsial
12. Hitunganberikutmenggunakan integral Parsialdengancarareduksi
13. Sepertinomor 12.
14. Masihmenggunakan integral parsial.
15. Menyelesaikanmasalahberikut menggunakan integral parsial, denganrumusreduksi
16. SUBSTITUSI TERIGONOMETRI.
Untuk Integrand denganbentuksepertiberikut, gunakansubstitusiTrigonometri
17.
INTEGRAL FUNGSI RASIONAL.
Ubahlahfungsirasionalmenjadipecahanparsial, dengancara :
(i) Apabila g (x) terdiridarisatusukusaja, bagilah f (x) dengan g (x)
(ii) Apabiladerajat f (x) lebihbesaratausamadenganderajatderajat g (x), bagilah f (x) dengan g (x) . Sisanya yang dipecahmenjadipecahanparsial.
(iii) Selanjutnyafaktorkanpenyebut, yaitu g (x).
(iv) Berikutadalah petunjukmengubahkepecahanparsial
Catatanuntuk :
Integral fungsirasionaldenganpembilangadalahturunanpenyebutsamadenganlndaripenyebut
adalahbentukarctan
Contoh :
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
Ubahlahfungsirasionalmenjadipecahanparsial, dengancara :
(i) Apabila g (x) terdiridarisatusukusaja, bagilah f (x) dengan g (x)
(ii) Apabiladerajat f (x) lebihbesaratausamadenganderajatderajat g (x), bagilah f (x) dengan g (x) . Sisanya yang dipecahmenjadipecahanparsial.
(iii) Selanjutnyafaktorkanpenyebut, yaitu g (x).
(iv) Berikutadalah petunjukmengubahkepecahanparsial
Catatanuntuk :
Integral fungsirasionaldenganpembilangadalahturunanpenyebutsamadenganlndaripenyebut
Contoh :
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
Substitusi
Contohsoal:
Carinilaidari:
Integrasiparsial
Contohsoal:
Carinilaidari:
Substitusitrigonometri
Bentuk
|
Gunakan
|
Contohsoal:
Carinilaidari:
Carinilaidari:
denganmenggunakansubstitusi
Masukkannilaitersebut:
Nilai
sin Aadalah
Integrasipecahanparsial
Contohsoal:
Carinilaidari:
Akan
diperolehduapersamaanyaitu
dan
Denganmenyelesaikankeduapersamaanakandiperolehhasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar