Google

Kamis, 19 Oktober 2017

Perintah-perintah autocad melalui keyboard

Ternyata autocad memberikan kemudahan bagi kita penggunanya dalam melakukan proses menggambar suatu bentuk atau obyek yang sedang di kerjakan. Apasihh kemudahannya??  Oke langsung aja gan, jadi kita Selain kontrol menggambar menggunakan mouse, keyboard juga berpengaruh sangat besar untuk mempercepat proses pekerjaan. Keyboard pada autocad mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengaktifkan perintah-perintah yang digunakan untuk menggambar. Contoh jika anda menekan tombol “L” lalu tekan enter maka secara otomatis perintah line akan berfungsi.

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

E *ERASE Menghapus
CO *COPY Mengcopy
MI *MIRROR Mencerminkan object menjadi object baru dg posisi terbalik
O *OFFSET Menciptakan suatu object gambar yang sejajar dan menyerupai
AR *ARRAY Memperbanyak suatu object secara vertikal dan horizontal
M *MOVE Memindahkan posisi object
RO *ROTATE Memutar gambar
SC *SCALE Membuat Skala Gambar
S *STRETCH Memperpanjang object / garis
TR *TRIM Memotong
EX *EXTEND Memperpanjang object garis ke object lain
BR *BREAK Memotong garis polyline sesuai yang kita kehendaki
J *JOINT Menyambung antara 2 garis menjadi satu kesatuan (polyline)
CHA *CHAMFER Memotong miring garis yang berpotongan
F *FILLET Menyambung antara 2 garis yang berbeda sudut
X *EXPLODE Memisahkan Object Polyline
LEN *LENGTHEN Memotong garis polyline sesuai yang kita kehendaki

  DRAW :

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

L *LINE Membuat Garis
PL *PLINE Membuat garis yang menyatu
POL *POLYGON Perintah untuk membuat gambar segi banyak
A *ARC Membuat Garis melingkar
C *CIRCLE Membuat lingkaran
SPL *SPLINE Membuat garis melengkung
EL *ELLIPSE Membuat lingkaran bentuk elips
PO *POINT Membuat point / titik koordinat
H *BHATCH Jenis2 tekstur permukaan suatu bidang
REG *REGION Menampilkan gambar / object
REC *RECTANGLE Membuat kotak persegi
ML *MLINE Membuat garis sekaligus dua sejajar
DO *DONUT Membuat lingkaran
HE *HATCHEDIT Mengedit tekstur permukaan
MT *MTEXT Membuat teks / nama gambar
PE *PEDIT Perintah mengubah garis patah menjadi melengkung
SPE *SPLINEDIT Mengedit garis lengkung spline
ED *DDEDIT Mengedit teks

  STANDART :         

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

MA *MATCHPROP Perintah untuk menyamakan layer suatu object
B *BLOCK Membuat group gambar
P *PAN Menggeser layar object
Z *ZOOM Memperbesar view object
RE *REGEN refresh object
REA *REGENALL refresh object secara keseluruhan
I *INSERT memasukkan object lain kedalam format dwg (autocad)
PU *PURGE menghapus file – file tidak terpakai / rusak yang berada dalam object
TO *TOOLBAR Icon – icon dalam layar autocad
OS *OSNAP menentukan koordinat object
OP *OPTIONS penyusunan layar sebelum menggambar
DIV *DIVIDE Memotong garis

  DIMENSION :

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

DLI *DIMLINEAR Membuat Dimensi horizontal dan vertikal
DOR *DIMORDINATE Membuat Dimensi Koordinat
DRA *DIMRADIUS Membuat dimensi sudut derajat
DDI *DIMDIAMETER Membuat Lingkaran sesuai diameter yang dikehendaki
DCO *DIMCONTINUE Meneruskan Dimensi
DCE *DIMCENTER Membuat dimensi, dimulai dari center / tengah
DED *DIMEDIT Mengedit dimensi
DIMTED *DIMTEDIT Mengubah posisi tulisan dimensi
D *DIMSTYLE Memodifikasi bentuk dimensi
LT *LINETYPE Tipe2 garis
LA *LAYER Susunan Nama dan jenis2 garis

  INQUIRY :

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

DI *DIST Mengetahui Jarak
AA *AREA Mengetahui Luasan suatu area
LS / LI *LIST Mengetahui Luasan Area
MASSPROP *MASS PROPERTY Menyambung antara 2 garis menjadi satu kesatuan (polyline)

SOLID EDITING :

KODE KETIK / PERINTAH / FUNGSI

UNI *UNION Menggabungkan dua Object yang bersinggungan
SU *SUBTRACT Memotong dua object yang bersinggungan (bag.luar object)
IN *INTERSECT Memotong dua object yang bersinggungan (bag.dalam object)
EXT *EXTRUDE Membuat object polyline dua dimensi menjadi tiga dimensi

Sabtu, 14 Oktober 2017

MAKALAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) “METODE PENGUMPULAN DATA KOMPONEN LINGKUNGAN (RONA LINGKUNGAN AWAL)”



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
          Indonesia merupakan salah satu negara yang turut aktif dalam menandatangani kesepakatan internasional tahun 1972 di Stockholm Swedia terkait dengan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu integrasi aspek lingkungan ke dalam proses pembangunan. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dirumuskan sebagai suatu upaya mengelola sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan datang dengan tanpa merusak dan menurunkan kualitas lingkungan.
          Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi negara terus meningkat dan fungsi lingkungan tetap lestari, serta kondisi sosial masyarakat tetap stabil, harmonis, dan sejahtera. Pemanfaatan sumberdaya alam harus diusahakan secara cermat dan bijaksana agar tidak merusak kelestarian fungsi lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif.
          Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha atau proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa akan datang. Dampak lingkungan yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.
          Oleh karena itu, sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka sebaliknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul, baik dampak yang bakal timbul juga mencari jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
          Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan disekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan yang sudah ada. Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting.
          Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, maka sebaiknya dibatalkan karena akan memperoleh kerugian lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan.
          Pada era yang serba modern ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak yang merugikan bagi lingkungan sekitar kegiatan tersebut dilaksanakan. Bahkan kegiatan tersebut tidaklah didasarkan pemikiran tentang rona lingkungan yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Hal inilah yang mendasari pentingnya pemahaman akan ronalingkungan. Rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
          Rona lingkungan memuat berbagai aspek kegiatan manusia. Rona lingkungan dapat dianggap merupakan unsur yang penting. Dalam Makalah ini pula akan dijelaskan mengenai berbagai dampak dan jenis rona lingkungan yang diharapkan dapat menimbulkan pemahaman yang benar akan pemahaman terhadap rona lingkungan.

1.2  Tujuan
Permasalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi:
1.    Apa pengertian rona lingkungan?
2.    Bagaiamana cara pendekatan rona lingkungan bagi suatu proyek atau kegiatan?
3.    Apa saja komponen pada rona lingkungan?
4.    Apa manfaat rona lingkungan untuk kehidupan?

1.3  Manfaat
          Manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini, antara lain:
1. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai rona lingkungan.
2. Memberikan wawasan kepasa pembaca mengenai cara pendekatan rona lingkungan bagi suatu proyek atau kegiatan.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai komponen pada rona lingkungan.
4. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai manfaat rona lingkungan untuk kehidupan.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkungan Studi
2.1.1 Area Studi
          Penetapan area studi biasanya ditetapkan berdasarkan empat pendekatan, antara lain: pendekatan teknis, pendekatan proyek, pendekatan ekologis, dan pendekatan administrasi. Pada umumnya luas area dengan pendekatan proyek lebih sempit daripada dengan pendekatan ekologis dan administrasi. Pendekatan proyek merupakan tapak proyekarea kegiatan pembangunan itu dilaksanakan.
          Area studi berdasarkan pendekatan proyek lebih mudah ditentukan sebab berhubungan dengan batas pagar proyek itu dibangun. Area ini akan menjadi luas bila dihubungkan dengan lokasi pengambilan material bangunan (quarry), pengangkutan material, dan pengambilan bahan mentah setelah pabrik beroperasi. Sering kali area studi yang ditentukan berdasarkan pada tapak proyek atau area kegiatan proyek disebut “On Site” atau area sumber dampak.
          Pendekatan ekologis pada umunya ditentukan atas dasar fisiografi dan biasanya ditentukan studi atas dasar bentuk lahan (Land Form) atau atas ekosistem alami yang ada. Penentuan area studi dapat ditentukan dengan pendekatan administrasi untuk mengamati parameter sosial ekonomibudaya dan kesehatan masyarakat. Penentuan area studi atas dasar teknis biasanya ditentukan berdasarkan ketersediaan sumberdaya, yaitu tenaga, biaya dan waktu yang tersedia.

2.1.2 Parameter Lingkungan
          Di dalam istilah AMDAL, maka lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok komponen lingkungan, yaitu komponen abiotik (geofisik kimia) yang disingkat A, komponen biotis (biotik) yang disingkat B, dan culture (sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat) yang disingkat C. Leopold dalam Munn (1979) membagi lingkungan menjadi 88 komponen lingkungan.
          Sementara Battelle dan Columbus dalam Canter (1982) mengelompokkan lingkungan dalam kelompok kategori sebanyak empat buah, Sub Kategori atau komponen sebanyak 17 buah dan faktor atau parameter lingkungan menjadi 78 buah. Sehingga dalam studi AMDAL akan disebutkan dua klasifikasi, yaitu komponen lingkungan dan parameter lingkungan. Menurut Canter dan Hill (1979) di dalam AMDAL struktur lingkungan dibagi menjadi empat kategori, lima belas sub kategori, dan 63 variabel.

2.2 Metodologi Pengumpulan Data
2.2.1 Metode Pengumpulan Data Komponen Geofisik Kimia
2.2.1.1 Komponen Iklim
          Komponen iklim yang diteliti terdiri dari berbagai parameter, yaitu tipe iklim, suhu, kelembaban, curah huja, jumlah hujan hari hujan, kekuatan arah angin. Disamping itu terdapat pula data iklim yang lain, yaitu angin kencang, topan dan periodisitasnya. Data parameter iklim ini dikumpulkan dari data sekunder.

2.2.1.2 Komponen Hidrologi
          Parameter dan komponen hidrologi, antar lain: debit permukaan air dan air tanah, sedimen, kualitas air permukaan dan air tanah, drainase limpasan (run off), infiltrasi, perkolasi dan evapotranspirasi. Pengumpulan data komponen hidrologi dilakukan dengan pengumpulan data primer di lapangan dan data sekunder. Parameter kualitas air (fisika, kimia, biologi) diamati di laboratorium. Air tanah diambil dari sumur dangkal dan sumur dalam (bor).
          Analisis air di laboratorium pada dasarnya menggunakan gravimetri, volumetri, colorimetri dan electroda ion selective. Kedua cara tersebut menggunakan Standard Method for The Examination of Water And Wastewater (APHA, 1975). Untuk mendapatkan data primer titik pengamatan ditentukan sesuai rancangan penelitian. Pada pengamatan terhadap limbah cair harus dilakukan pengamatan pada titik outfall dan pada aliran sungai.

2.2.1.3 Komponen Udara
          Parameter dari komponen udara yang harus dikumpulkan adalah arah dan kecepatan angin, cuaca, tekanan udara, penguapan dan kualitas udara. Secara umum rincian kualitas udara, antara lain: kebisingan, getaran (vibrasi), partikel debu, karbon monoksida (CO), hidrocarbon (HC), nitrogen oksida (Nox), oksidan fotokimia, sulfur dioksida (SO2), Timbal (Pb), dan hidrogen sulfida (H2S). Adapun areal atau lahan yang diamati atau titik pengamatan tergantung pada rancangan penelitian. Pengamatan udara yang penting adalah pada titik sumber pencemar (emisi) dan udara bebas (ambien).
Tabel Metode Pengamatan Udara, Analisis dan Peralatan yang Dipergunakan
No.
Peremeter
Lingkungan
Peralatan yang dipergunakan
Waktu Pengukuran
Metode Analisis
1.
Gas SOx
Gas Sampler
24 jam
Pararosanilin
2.
Gas NOx
Gas Sampler
24 jam
Salt man
3.
Gas H2S
Gas Sampler
24 jam
Mercurythiocyanate
4.
Gas CO
NDIR Analyzer
Sesaat
NDIR
5.
Debu
High Volume Sampler
24 jam
Gravimetric
6.
Pb
High Volume Sampler
24 jam
Gravimetric
7.
Bising
Sound Level Meter
Sesaat
-
 
2.2.1.4 Komponen Tanah
          Parameter ini biasa diamati adalah erodibilitas tanah, kedalaman tanah, profil tanah, sifat kimia, sifat fisik, dan bakteriologis dari tanah. Data primer digunakan untuk mengetahui tingkat keharaan dan pencemaran. Data primer didapatkan dari pengambilan cuplikan tanah yang dilakukan dengan “land auger” dan melalui singkapan yang ada. Untuk cuplikan tanah diambil pada lapisan olah (25 cm) bila hanya untuk mengetahui tingkat keharaan dan untuk mengetahui tingkat pencemaran dilakukan pengambilan lebih dalam.
          Kurang lebih 2 kg untuk pengambilan sampel pada masing-masing lokasi pengambilan. Cuplikan tanah yang biasa digunakan adalah lumpur yang akan dianalisis di laboratorium untuk dianalisis sifat kimia dan fisika, meliputi: kadar air, tekstur, pH, kadar bahan organik, daya hantar listrik (DHL), kapasitas pertukaran kation (KPK), salinitas, kadar besi ( Fe2O3), Mangaan (Mn2O), dan kandungan logam berat (Cu, Cr, Cd, Zn, Sn, Pb, dan Hg). Data tanah biasa berupa data sekunder atau dari peta tanah.

2.2.1.5 Fisiografi, Geomorfologi, dan Lahan
          Pengamatan fisiografi dititik beratkan pada evaluasi bentuk penggunaan lahan dan proses-proses terjadinya, antara lain: erosi, gerak massa batuan (Mass Wasting), dan proses sedimentasi. Untuk kepentingan ini biasanya dilakukan pengamatan observasi dan data sekunder dari peta fisiografi, peta tanah, dan peta penggunaan lahan.
          Geomorfologi merupakan suatu komponen lingkungan yang dapat dirinci parameternya, antara lain: bentuk topografi, sudut lereng, dan proses-proses geomorfik seperti longsoran lahan dan bekas bencana banjir. Untuk  mendapatkan komponen geomorfologi dapat dilakukan dengan observasi sebagai checking dari data sekunder. Komponen geologi yang biasa diamati adalah jenis dan komposisi mineral, sifat fisik batuan, ketebalan, penyebaran, struktur geologi dan stabilitas batuan.
          Cara pengamatan dilapangan dilakukan dengan mengamati singkapan batuan, di alur-alur sungai, tebing, jalan, bekas galian, dan pengukuran kedudukan lapisan batuan yang disingkap. Untuk mengamati jenis batuan dan komposisi mineral perlu dilakukan analisis laboratorium. Khususnya untuk proyek yang memerlukan penggalian (quarry), pengamatan perlu dilakukan terhadap topografi, jenis batuan dan sifat fisikanya, penyebaran batuan, metode penambangan, volume penggalian, cara pengangkutan dan daerah bekas timbunan mineral yang tidak terpakai. Pengamatan terhadap jenis batuan dan mineral juga harus dilakukan pada setiap bagian pola penggunaan lahan. Hasil pengambilan contoh geologi dari lapangan segera dianalisis di laboratorium.

2.2.1.6  Hidrooceanografi
          Menurut Simoen (1988) hidrooceanografi merupakan ilmu yang menyangkut dua ilmu yang cakupannya sangat luas, yaitu hidrologi dan oceanografi. Pada dasarnya hidrologi dibagi menjadi empat cabang ilmu berikut, yaitu:
v Potamologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di permukaan tanah         yang berupa aliran-aliran permukaan.
v Limnologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di danau termasuk rawa.
v Geohidrologi merupakan hidrologi yang mempelajari air di bawah permukaan    tanah.
v Kriologi merupakan hidrologi yang mempelajari salju dan es.
          Sementara itu di dalam oceanografi terdapat empat macam aspek sebagai berikut:
Ø Fisika Oceanografi mempelajari sifat-sifat air laut dalam hubungannya dengan   gerak air.
Ø Kimia Oceanografi adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam air laut        dan di dasar laut, serta analisis sifat-sifat air laut itu sendiri.
Ø Biologi Oceanografi mempelajari kehidupan di dalam laut.
Ø Geologi Oceanografi mempelajari struktur dasar lautan dan proses yang terjadi disana termasuk terbentunya lautan.
          Sementara itu data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Pengamatan parameter hidroocanografi dilakukan pada area dan lokasi yang telah ditentukan dalam rancangan penelitian.

2.2.2   Metode Pengumpulan Data Komponen Biotis
2.2.2.1 Flora
a. Pengertian
          Dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan dikenal adanya formasi tumbuhan dan bagian dari formasi ini dikenal dengan asosiasi. Dalam asosiasi ditemukan populasi tumbuh-tumbuhan atau tanaman (barbour, burk, dan Pitts, 1980). Populasi adalah sekumpulan tanaman yang terdiri dari jenis yang sama menempati suatu habitat tertentu yang tidak terlalu luas dan memungkinkan terjadinya interbreeding antar sesamanya.
          Semua tumbuhan baik sejenis maupun tidak (flora) yang tumbuh di suatu wilayah dan bagaimana distribusi dari masing-masing jenisnya disebut dengan vegetasi. Vegetasi dapat tumbuh di daratan (terrestris) maupun di perairan dan ada pula yang tumbuh diantara keduanya. Didalam formasi tumbuhan ini terdapat komunitas tanaman yang merupakan kesatuan atau kelompok tanaman yang didalamnya terdapat interaksi (hubungan) dengan sesamanya dan dengan lingkungan (Colinvoux, 1986).
          Struktur dari komunitas yang dipelajari antara lain jenis, kerapatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting. Untuk mempelajari komunitas tanaman telah dikembangkan beberapa metode pembuatan (penarikan cuplikan). Pembuatan cuplikan untuk mempelajari kondisi dan sifat komunitas dan populasi dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang umum dilakukan adalah denagn membuat petak-petak ukur sebagai suatu unti cuplikan. Pada saat ini banyak dikembangkan oleh para ahli dan cara membuat cuplikan untuk pengamatan komunitas tanama.

b. Dasar- Dasar Pengambilan Cuplikan (Sampel)
          Tujuan diambilnya cuplikan adalah untuk mendapatkan informasi atau data dari suatu populasi. Untuk mendapatkan informasi dari seluruh populasi dibutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang sangat banyak. Oleh karena itu, dikembangkan cara-cara memperoleh informasi tentang suatu populasi tetapi dengan hanya mengambil suatu cuplikan (sampel). Unit cuplikan (sampel) dapat ditentukan atas dasar individu (pohon, ekor), luas (petakan ukur, ubinan), atau bagian dari tanah, air, dan udara.
          Terdapat beberapa cara untuk menentukan cuplikan atau menentukan unit cuplikan. Menurut Pasaribu (1975) cara-cara pengambilan cuplikan (sampel) adalah menurut aturan tetap yang ditentukan dan tergantung pada jalannya penarikan cuplikan. Secara rinci disebutkan ada beberapa cara sebagai berikut:
ü  Cuplikan Tetap
     Cuplikan ini dibuat dengan engikuti aturan tertentu dan cuplikan ini diambil      serta dibiarkan terus selama masa waktu pengamatan. Ada beberapa cara          pengambilan cuplikan tetap.
·      Cuplikan Tak Terbatas (Unrestricted Random Sample)
     Cuplikan ini dibuat tanpa memperhatikan terlebih dahulu perbedaan kelompok yang ada. Cara pembuatan cuplikan tetap ini dapat dipergunakan       untuk mengamati hubungan timbal balik antara suatu komunitas dengan      lingkungannya. Biasanya pembuatan cuplikan tak terbatas ini masih dibagi    lagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a)    Cara sederhana merupakan cara dengan menomori setiap tanaman yang    diamati dan penentuan cuplikan menggunakan nomor acak (random      number).
b)   Cara sistematis merupakan cuplikan (sampel) ditarik dengan membuat      daftar kemudian secara sistematis cupilkan ditentukan dengan      menentukan pada nomor urut tertentu. Cara yang sama dilakukan    terhadap unit cuplikan untuk menentuka petak-petak ukur.
·      Cuplikan Terbatas (Restricted Sample)
     Cuplikan dibentuk dengan membagi populasi atau daerah penelitian atas       bagian-bagiannya. Dari kelompok bagian ini dipilih beberapa buah unit         cuplikan yang ditentukan secara random. Cuplikan terbatas ini masih dapat          dibagi menjadi empat buah, yaitu:
a)    Cuplikan bertingkat banyak (Multistage Sample) dapat digunakan             sebagai penentuannya dilakukan secara bertingkat.
b)   Cuplikan bersrata (Stratified Sample) dibuat dengan membagi populasi     atau daerah atas kelas-kelas (stratam).
c)    Cluster Sample ini ditarik dengan cara memilih secara random beberapa    strata dan seluruh anggota dari strata terpilih dimasukkan sebagai         cuplikan untuk diamati. Secara random ditentukan tataguna lahan yang      terpilih.
d)   Stratified Cluster Sample ini merupakan gabungan antara cara b dan c.

ü  Sequantial Sample
          Dalam penarikan cuplikan itu sendiri ditentukan secara random dan berukuran kecil ditarik dahulu dan dianalisis. Sesudah cuplikan ini dianalisis dan ditentukan adanya penarikan cuplikan yang lebih besar. Cara ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
a)    Cuplikan ditarik secara bertingkat
b)   Dengan mengamati satu per satu anggota papulasi

c. Persyaratan Dalam Membuat Cuplikan Vegetasi
v Langkah-langkah dalam membuat cuplikan (sampel)
          Ada beberapa langkah untuk membuat cuplikan sampel (Dombois dan           Ellenberg), yaitu:
1.    Membuat sub komunitas dari satu kesatuan komunitas yang ada agar             diperoleh kesatuan terkecil yang lebih seragam.
2.    Memilih cara-cara cuplikan yang tepat pada masing-masing bagian.
3.    Membuat ukuran dan bentuk cuplikan (sampel plot) yang akan dibuat.
4.    Menentukan parameter apa saja yang akan diukur dalam cuplikan plot           tersebut.
     Disamping itu juga komunitas apa saja yang dihadapi untuk mendapat jaminan kebenaran dalam membuat cuplikan. Camm dan Cactro dalam Dombois dan Ellenberg (1974) melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Melakukan orientasi seluruh komunitas dan melakukan survai             “reconnaisance”.
2.    Melakukan survai yang tidak intensif.
3.    Melakukan survai intensif.
Pada survai “reconnaisance” dan survai tidak intensif diperoleh data bersifat kualitatif dan survai intensif diperoleh data kuantitatif.
     Kemudian Whittaker dalam Dombois dan Ellenberg (1974) menyebutkan bahwa untuk mempermudah pencuplikan, maka dilakukan pembagian komunitas yang lebih sempit, lebih seragam atas dasar pohon-pohon yang dominan. Dengan cara ini pembagian menjadi sub-sub komunitas lebih mudah ditentukan dan pencuplikan akan mudah ditentukan pula. Kerajina (1969), Daubenmire (1968), dan Marr (1967) dalam Dombois dan Muller (1974) lebih menganjurkan agar komunitas jangan dipandang dari pohon yang dominan tetapi dari seluruh asosiasi termasuk dari jenis-jenis pohon penyusun kanopi bawah. Dengan cara ini, maka sub komunitas akan dapat terbentuk lebih sempit tetapi lebih homogen.
v Persyaratan Pencuplikan
     Untuk memperoleh cuplikan yang lebih baik dan benar, maka beberapa          syarat harus dilakukan antara lain:
1.    Pencuplikan harus seluas mungkin agar semua spesies yang dimiliki oleh   komunitas itu dapat diketemukan.
2.    Habitat tempat tumbuh seseragam mungkin sehingga dengan hanya          membuat satu unit cuplikan akan dapat diperoleh informasi yang cukup representatif.
3.    Tanaman penutupannya sehomogen mungkin.
Dengan membuat sub komunitas seragam ini, maka jaminan secara statistik dapat tercapai.
vLuas Minimal Unit Cuplikan
Untuk mengadakan pengamatan suatu komunitas perlu ditentukan luas minimal cuplikan. Hal ini perlu dilakukan agar semua spesies tanaman dapat dicakup. Minimal area satu unti cuplikan sangat bervariasi. Untuk vegetasi di daerah sedang ditentukan luas unit cuplikan sebagai berikut:
No.
Jenis Unit Cuplikan
Luas Unit Cuplikan
1.
Hutan yang memiliki lebih dari tiga lapisan tajuk yang diamati tiga lapisan bagian bawah saja
200m2 – 500m2
2.
Hutan yang hanya pohon-pohon dengan tajuk di lapisan bawah saja yang diamati
50m2 – 200m2
3.
Padang Rumput
50m2 – 100m2
4.
Semak Perdu Kecil
10m2 – 25m2
5.
Lahan Pertanian (sawah)
25m2 – 100m2
6.
Rumput Untuk Peternakan (pupuk)
5m2 – 10m2
7.
Komunitas Herbal
1m2 – 4m2
8.
Komunitas Lumut
0,1m2 – 1m2

Penentuan ukuran plot dapat dilakukan dengan cara pertama-tama membuat cuplikan yang kecil ukurannya kemudian membuat cuplikan yang diperluas ukurannya. Dengan memperluas ukuran akan ditemukan lebih banyak jenis. Penambahan luas plot ini dilakukan terus menerus, sehingga tidak diketemukan lagi jenis yang baru meskipun ukurannya ditambah. Contoh pembuatan plot ukuran:
No.
Ukuran Plot
Jumlah Jenis
1.
0,5 m x 0,5 m
dua
2.
1 m x 1 m
tiga
3.
2 m x 2 m
empat
4.
4 m x 4 m
empat

d. Parameter Yang Diamati
ü  Kondisi Vegetasi Suatu Komunitas (Struktur Vegetasi)
     Struktur vegetasi dapat diketahui dengan menghitung beberapa variabel             (Colinvoux, 1986) sebagai berikut:
a.    Kerapatan total ialah jumlah seluruh individu dalam suatu area tertentu.
b.    Kerapatan nisbi atau kerapatan relatif sama dengan
c.    Keanekaragaman jenis
d.   Dominansi total
e.    Dominansi nisbi (dominansi relatif)
f.     Kekerapan (frekuensi)
g.    Kekerapan nisbi
h.    Importance Value
i.      Summed Domminance Ratio
     Prinsip kerjanya adalah denganmengukur jarak terdekat dari pohon ke suatu titik yang diambil secara acak. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
a.    Buat garis utama dengan arah utara dan selatan pada komunitas yang telah diketahui luasanya.
b.    Pada garis utama dibuat garis-garis transek tegak lurus, berselang-seling dengan jarak tertentu.
c.    Pada garis transek ditentukan titik-titik pengamatan dan amati jenis x dan amati jenis dan pertumbuhannya.
Batas tingkatan anak pohon hingga dewasa adalah sebagai berikut:
a.    Tinggi < 1,5 cm yaitu tingkat bibit, semai atau anakan (apabila terdapat di alam).
b.    Tinggi > 1,5 cm hingga 3 meter dan diameter 2,5-10 cm, yaitu tingkat sapling atau sapihan.
c.    Diameter antara 10-20 cm yaitu tingkat poles atau tiang.
d.   Diameter > 20 cm yaitu tingkat pohon.
     Contoh perhitungan keanekaragaman menurut rumus Simpson sebagai berikut:
Keanekaragaman (Diversitas)

Keterangan:
D = diversitas
N = jumlah individu dari seluruh jenis yang ada
ni = jumlah individu dari jenis (spesies) tertentu

ü  Potensi Volume (Produktivitas)
     Hasil dari pertumbuhan tanaman biasanya berupa biomasa. Untuk mengukur      volume dan produktivitas (biomasa) dengan cara:
a.    Volume
b.    Produktivitas
c.    Biomasa
ü  Semua Tanaman yang ada di Petak Ukur
     Parameter untuk faktor ini disebut “coverage” merupakan persentase      penutupan jenis atau penutupan tajuk seluruh pohon atau seluruh tanaman pada      suatu area tertentu.
ü  Pertumbuhan
     Parameter pertumbuhan dapat diukur dari:
1.    Kondisi morfologi
2.    Anatomis
3.    Fisiologi

e. Cara-cara Pembuatan Petak Ukur
1. Cara Kuadrat
2. Point Quarter Sampling
3. Cara Cuplikan berupa jalur
     Cara ini terdapat dua buah yaitu:
a.       Line Intercept (Barner, 1943 dalam Dombois dan Ellenberg, 1974) adalah untuk mengetahui persentase penutupan suatu tanaman dalam suatu komunitas.
b.      Belt Transect (Strip Transect atau Line Stricp Method) (Lindsey, 1955 dalam Dombois dan Ellenberg, 1974)
Cara ini dapat dipergunakan untuk mengetahui besar % penutupan dan kerapatan tanaman.
4.    Bisect atau Profil
     Cara ini dilakukan dengan menggambarkan seluruh vegetasi dalam suatu           komunitas dan cara penggambarannya adalah dengan menggambarkan seluruh   vegetasi pada bidang vertikal dan penggambaran harus pada skala tertentu.
5.    Distance (Plotless) Method
     Metode ini merupakan suatu metode cuplikan yang tidak menggunakan cara-    cara petakan ukur hanya jarak antara pohon saja yang diukur. Pada metode ini        terdapat empat cara, yaitu:
a.       Nearest individual method
b.      Point centered quarter method
c.       Nearest neighbor method
d.      Random pairs method
Cuplikan dengan cara Distance (Plotless) tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan analisis kerapatan dan kerapatan relatif. Caranya adalah sebagai berikut:
 x kerapatan untuk seluruh pohon

f. Pedoman Pengambilan Sampel Tanaman Untuk Analisis Laboratorium
  ü Dasar-dasar
  ü Kekurangan Lawan Kelebihan Sesuatu Unsur
  ü Beberapa Faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Mengambil Sampel Tanaman Atau Bagian Tubuh Tanaman
a.       Waktu Pengambilan Sampel Tanaman
b.      Pemilihan Lokasi
c.       Sampel Tanaman
·       Tanaman Pangan (Musiman) dan Rumput
1.      Sitem Jalur
2.      Sistem Jalur Bergantian
·       Tanaman Berupa Pohon
   ü   Pencucian
   ü   Pengamatan Struktur Jaringan Secara Anatomis
   ü   Pengeringan

2.2.2.2       Fauna
a.    Fauna Daratan
v  Metode IPA
     ü Frekuensi
     ü Dominansi
Keterangan:
Di = nilai dominansi suatu jenis hewan tertentu
Ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu dari seluruh jenis
Makin tinggi dominansi suatu jenis hewan tertentu menunjukkan hewan itu makin dominansi. Komposisi populasi itu bisa dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a.       Jenis hewan yang dominan memiliki nilai dominansi lebih dari 5%.
b.      Jenis hewan sub dominan dengan nilai dominansi 2 - 5 %.
c.       Jenis burung (hewan) tidak dominan dengan nilai dominansi kurang dari 2%.
     ü Indeks Kesamaan Jenis
   Indeks kesamaan jenis adalah perbandingan antara nilai jenis-jenis             burung tertentu dibandingkan dengan pada habitat lain. Rumus indeks        kesamaan jenis yang digunakan menurut Sorensen yaitu:
Keterangan:
IS = indeks kesamaan Sorensen
A = jumlah jenis yang ada di luar tapak proyek (habitat pertama)
B = jumlah jenis yang ada di derah tapak proyek (habitat kedua)
C = jumlah jenis yang ada di kedua daerah yang berpasangan (di luar dan                  di daerah tapak proyek)
v  Metode Wawancara
v  Metode Inventarisasi
v  Metode Pengamatan Jejak dan atau Bekas Kotoran Hewan

b.   Fauna Perairan
b.1 Jenis Benthos
          Benthos merupakan makhluk hidup di perairan yang terdapat:
1.    Di permukaan dasar laut atau di dasar perairan sungai, danau, dan waduk. Benthos yang hidup di permukaan dasar perairan disebut Epibenthos atau Epifauna.
2.    Sementara itu ada pula benthos yang hidup di dalam sedimen atau lumpur. Bentos yang demikian disebut Infauna.

b.2 Pengamatan Terhadap Benthos
a. Metode Pengamatan
          Pengamatan terhadap benthos dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1.    Hard Substrate
a.  Destructive Sampling
·         Scraped Sampling Cuplikan Kuadrat
·         Scraped Sampling Cuplikan Transek
b. Non Destructive Sampling
·      Perhitungan langsung sepanjang transek
·      Perhitungan langsung dengan cuplikan kuadrat secara acak
·      Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat yang dibuat permanen
·      Pemotretan organisme dalam cuplikan kuadrat dibuat secara acak
c.  Penentuan Persen Penutupan
·      Planimeter dengan dot pattern
·      Soft substrate (dalam lumpur)
                                ·            Menggali lapisan lumpur
                                ·            Menangkap (populasi/m2 atau per m3)

2.    Metode Cuplikan
          Pada dasarnya metode pencuplikan ada dua macam, yaitu:
a.  Metode Transek (Transect Sampling)
1.      Sejajar garis pantai
2.      Tegak lurus garis pantai
b. Metode Kuadrat (Quadrat Sampling)
1.      Bujur sangkar teratur
2.      Trapesium teratur
3.      Bujur sangkar letak tak teratur

b.3 Pengamatan Plankton
          Pengamatan plankton dilakukan terhadap zooplankton dan phytoplankton. Kedua organisme perairan ini hampir sama dan perbedaannya dapat diidentifikasi oleh Vallee 1972 dalam Tandjung (1989) sebagai berikut:
No.
Aspek
Tumbuhan
Hewan
1.
Struktur Sel
Memiliki dinding sel selulosa
Tidak memiliki dinding sel selulosa sehingga dapat berubah bentuk
2.
Pertumbuhan
Dapat terus tumbuh secara indefinit dan oleh karena itu beberapa sel tertentu tetap dalam keadaan tumbuh aktif sepanjang hidupnya
Periode pertumbuhan bersifat definit dan berakhir setelah hewan mencapai ukuran tubuh yang maksimal
3.
Pergerakan
Umumnya menetap di tempat dan mengirimkan akar-akarnya ke dalam tanah untuk memperoleh air dan garam, serta mendapatkan energi dari matahari dengan mengekspan permukaan datar yang luas
Kebanyakan dapat berpindah tempat untuk mendapatkan makanan
4.
Pola Nutrisi (perbedaan terpenting)
Membuat sendiri makanannya “self nourishing” bersifat autotrof
Memperoleh makanan dari organisme lain di dalam lingkungannya (heterotrof)

2.2.3   Metode Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan        Masyarakat

          Secara garis besar penelitian sosial ekonomi menurut Whitte (1977) dalam Huffsmidt dkk (1986) dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode Pengamatan Data Sosial Ekonomi
Data Sekunder
Metode Kuantitatif
Metode Kualitatif
1.   Data Demografi
2.    Data Ekonomi
Data Primer
1.    Menggunakan Kuesioner
2.    Interview
3.    Penskalaan Perilaku
1.   Test Individu
2.   Interview Tak Berstruktur

Partisipasi observasi
Survei perilaku sendiri
Pengamatan observasi individu ke kelompok
1.     Observasi Tidak Langsung
2.    Observasi Langsung Berstruktur
Observasi tak berstruktur

Cara Pengumpulan Data Komponen (Parameter) Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat
No
Komponen Lingkungan
Paremeter Lingkungan
Sumber Data
Metode Analisis
Data Primer
Data Sekunder
Kuantitatif
Kualitatif
1.
Sosial Ekonomi
Keadaan pusat dan perekonomian, infra struktur mata pencaharian dan pendapatan.

Observasi

Monografi kecamatan dan kelurahan

Mencoba menggambarkan aliran barang atau uang masuk dan keluar dari suatu kawasan dan menemukenali potensi desa
Sistem penguasaan tanah dan pertanian, peternakan, perikanan, dan sebagainya.
Deep Interview
Monografi desa
Tabulasi silang

2.
Demografi
Struktur kependudukan: jumlah, kepadatan, pola kependudukan, struktur umum, jenis kelamin, pendidikan, persebaran penduduk, dan mobilitas
Observasi
Monografi desa dan kecamatan
Tabulasi silang, kecenderungan memusat, mean (X) dsb
Menggambarkan potensi dan masalah demografi yang ada
3.
Sosial Budaya
Perikehidupan sehari-hari: adat istiadat, tata cara, interaksi intra dan antar kelompok masyarakat, sistem kepercayaan, tata nilai, dan norma yang berlaku
Observasi, Deep Interview, Questionnaire

Kecenderungan memusat, tabulasi silang
Menggambarka pola kehidupan dan adat istiadat yang ada serta sistem kepercayaan
Sikap, nilai dan persepsi berbagai kelompok masyarakat terhadap rencana proyek
Observasi, Deep Interview, Questionnaire

Tabulasi silang, kecenderungan memusat
Mengidentifikasi sikap oposisi, dukungan, dan menentang yang diinginkan dari proyek oleh masyarakat
Stratifikasi sosial dan distribusi kekuasaan, mobilitas vertikal dan horizontal
Deep Interview, Questionnaire

Kecenderungan memusat, mean (X)
Menggambarkan stratifikasi sosial yang ada dan mobilitas kependudukan
Integrasi dan kohesi sosial yang ada
Deep Interview, Questionnaire

Kecenderungan memusat, sociogram
Menggambarkan keeratan hubungan sosial yang ada
Kondisi tata pranata sosial yang ada serta fungsi masing-masing pranata
Deep Interview, Questionnaire

Mean (X), deskriptif statistik
Menggambarkan struktur dan fungsi pranata sosial yang ada
Orbitasi kawasan dan interaksinya dengan kawasan lain
Observasi, Interview


Menggambarkan interaksi antar daerah
Tingkat pengalaman masyarakat dengan perubahan dan interaksi dengan budaya lain dan cara adaptasi yang dilakukan
Deep Interview, Questionnaire


Mendeskripsikan dampak sosial budaya yang akan terjadi dengan keberadaan proyek
Fasilitas dan sarana sosial dan budaya yang ada

Monografi desa dan kecamatan

Menggambarkan pola dan tingkat ehidupan yang ada
Peningkatan sejarah budaya yang ada
Deep Interview pada key informan
Monografi desa dan kecamatan

Memitigasi dampak negatif proyek terhadap adat dan budaya setempat
Masalah sosial yang ada dan cara penanggulangan
Deep Interview


Menemukenali cara masyarakat setempat memecahkan masalah.
4.
Kesehatan Masyarakat
Keadaan dan sistem kesehatan yang ada, predator, sanitasi lingkungan, fasilitas medis, pelayanan medis, endemi, pandemi, dan epidemi
Questionnaire
Monografi Puskesmas
Mean (X)
Identifikasi jenis pola penyakit dan sistem pengobatan dan kesehatan masyarakat


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
          Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau komponen komponen lingkungan awalsebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai. Hal-hal yang termuat di dalam ronalingkunan yaitu biogeofisik kimia, sosial budaya, dan ekonomi.Cara pendekatan rona lingkungan hidup bagi suatu proyek yaitu dengan cara menyusun dan menggunakan daftar komponen lingkungan. Komponen rona Lingkungan meliputi Geo Fisik Kimia (Iklim, kualitas udara, dan kebisingan, Fisiografis, Hidrologi, Hidrooceanografi, Ruang, Lahan dan Tanah), Biologi (Flora dan Fauna); Sosial (Demografi, Ekonomi, Budaya), dan Kesehatan Masyarakat(Sanitasi lingkungan, dan Tingkat kesehatanmasyarakat).
          Metode pengumpulan data rona lingkungan berbeda-beda tergantung dari jenis komponen yang ada. Manfaat rona lingkungan hidup bagi kehidupan adalah untuk  pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek dan keadaan lingkungan dengan proyek danuntuk menjaga keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek.













DAFTAR PUSTAKA


Anonimous. 1975. Plant Sampling Instruction for Cereals And Pasterus. Fertility   Sciences (CSBP).

Barbour, M.G., Burk, J.H., And Pitts, W.D. 1980. Terrestial Plant Ecology The      Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc. Menlot Park California.          Massachusetts.

Chapman, D.H., And Pratt, F.P. 1961. Methods of Analysis for Soil, Plant and      Water. Division of Agricultural Sciences Univercity of California.

Canter, L.W., and Hill, l.g. 1979. Handbook of Variables for Environmental          Impact Assesment. Ann Arbor Sciences Publisher Inc. Michigan.

Canter, L.W. 1982. Enviromental Impact Assesment. Mc Graw Hill Book Company. New York.

Colinvaux, P. 1986. Ecology. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Dombois, D.M. dan Ellenberg, E.H. 1974. Aims And Methods of Vegetation        Ecology. John Wiley and Sons Publisher, International Edition. New York.

Huffsmidt, M.M., James, D.E., Meister, A.D., Bower, B.T., and Dixon, J.A. 1986.            Benefit-Cost Analysis of Natural System and Environmental Quality Aspect   of Development. East West Environmental And Policy Institute East West        Center. Honolulu.

Munn, R.E. 1979. Environmental Impact Assesment Principles And Procedurel.    John Wiley And Sons. Chischester.

Pasaribu, A. 1975. Pengantar Statistika Edisi Revisi. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sugiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara Jakarta. Terjemahan Dari        Buku Karangan Buchman H.O. dan Brady N.C. (1969). The Nature and        Properties of Soil. The Macmillan Company. New York. 1959.

Simon, S. 1988. Metoda Pengumpulan Data Hidrooceanografi Kursus Penyusun   Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama KLH dan PPLH UGM:       Yogyakarta.

Tanjung, S.D. 1989. Pengamatan Terhadap Flora dan Fauna Kursus Lanjutan      Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kerjasama Kantor Menteri Negara        Kependudukan dan PPLH UGM: Yogyakarta.